KOTA BATU- Banyaknya alih fungsi lahan
di kawasan hulu DAS (daerah aliran sungai) Brantas membuat Dewan Sumber
Daya Air (DSDA) Provinsi Jatim turun tangan. Bahkan, fakta itu menjadi
bahasan hangat dalam sidang pertama DSDA Jatim di Hotel Kartika Wijaya
Batu, kemarin. Anton Darman, anggota sekretariat DSDA Jatim membeberkan,
data banyaknya alih fungsi lahan hulu DAS Brantas itu merupakan laporan
dari kunjungan ke daerah hulu DAS Brantas satu bulan lalu. Saat itu
ditemukan lahan sayur mendominasi kawasan desa hulu Brantas.
”Pembicaraan ini memang perlu ditindaklanjuti lebih serius, karena
menyangkut lahan resapan air,” ujarnya.
Beberapa desa yang paling banyak beralih
fungsi adalah daerah Sumberbrantas dan Tulungrejo. Dan kekhawatiran
banyaknya lahan beralih fungsi itu cukup beralasan. Sebab, kawasan yang
seharusnya ditanami tanaman tegakan sebagai resapan air malah berubah
jadi tanaman sayuran. Di antaranya kubis, wortel, dan sayuran lain.
Akibatnya tanah pun tergerus. ”Kondisi itu yang kini terjadi di Batu,
daerah hulu Brantas,” tutur anggota bidang pengembangan sumber daya air
Dinas Pengairan Provinsi Jatim itu. Dampak yang paling dikhawatirkan
adalah erosi. Tidak bisa dipungkiri, banyak endapan tanah di daerah
hilir Brantas berasal dari erosi lahan-lahan hulu Brantas. Karena itu,
DSDA mengusulkan agar pemerintah daerah setempat dan lembaga terkait
dapat mencari solusi mengatasi persoalan itu.
Tidak hanya mengambil alih semua lahan
sayur dan menggantinya dengan tanaman tegakan. Tapi juga menambah
tanaman tegakan pada lahan kritis dengan tidak mengabaikan tanaman
sayuran. ”Artinya, solusi itu tidak merugikan petani dan tetap
berwawasan lingkungan, ini PR (pekerjaan rumah) bagi pemerintah daerah,
baik provinsi maupun kota,” ungkapnya. Sayangnya, lanjut Anton, DSDA
belum menghasilkan rekomendasi final dalam sidang kemarin. Namun, ada
beberapa poin yang nantinya menjadi fokus utama untuk cikal bakal
rekomendasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar